Kamis, 24 Mei 2018

Metode dan Model Pembelajaran di Raudhatul AThfal


METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Metode Pembelajaran di RA
Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam membimbing peserta didik mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode pembelajaran yang bisa digunakan di RA antara lain sebagai berikut:
1. Metode bercerita
Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan kepada peserta didik secara lisan.

2. Metode bercakap-bercakap
Metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya jawab antara peserta didik dengan guru atauantara peserta didik dengan peserta didik. Bercakap-cakap dapat dilaksanakan dalam bentuk (1) bercakap-cakap bebas, (2) bercakap-cakap menurut pokok dan (3) bercakap-cakap berdasarkan gambar seri.
Dalam bercakap-cakap bebas kegiatan tidak terikat pada tema, tetapi pada kemampuan yang diajarkan. Bercakap-cakap menurut pokok dilakukan berdasarkan tema tertentu. Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri menggunakan gambar seri sebagai bahan pembicaraan.

3. Metode sosiodrama atau bermain peran
Metode sosiodrama adalah cara memberikan pengalaman kepada peserta didik melalui bermain peran, yakni peserta didik diminta memainkan peran tertentu dalam suatu permainan peran. Misalnya, bermain jual beli sayur-mayur, bermain menolong peserta didik yang jatuh, bermain menyayangi keluarga dan lain-lain.

4. Metode karyawisata
Metode ini dilakukan dengan cara mengajak peserta didik mengunjungi objek-objek yang sesuai dengan tema.

5. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan dengan cara mempertunjukkan stsu memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan. Tujuannya agar peserta didik memahami dan dapat melakukannya dengan benar, misalnya: mengupas buah, memotong rumput, menanam bunga, mencampur warna, meniupbalon kemudian melepaskannya, menggosok gigi, mencuci tangan dan lain-lain.

6. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan tertentu kepada peserta didik. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik; memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya; dan mendorong keberanian peserta didik untuk mengemukakan pendapat.

7. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam mengadakan percobaan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya. Misalnya: balon ditiup, warna dicampur, air dipanaskan, tanaman dissirami atau tidak disirami, dan lain-lain.

8. Metode proyek
Metode proyek adalah metode yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar secara bertahap, dari tahapan awal sampai tahapan akhir yang merupakan satu kesatuan rangkaina kegiatan. Metode ini menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari yang sederhana untuk dilakukan oleh peserta didik. Misalnya: menanam tanaman yang mudah tumbuh dengan biji, (cabe, kacang hijau, tomat), dengan batang (singkong), dengan daun (cocor bebek), kegiatan bersama dengan satu hasil (praktik memasak).

9. Metode pemberian tugas
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru.

B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran meliputi; konsep, tujuan pembelajaran, materi atau tema, langkah-langkah atau prosedur, metode, alat da sumber belajar dan teknik evaluasi.
Penyusunan model pembelajaran di RA didasarkan pada silabus yang dikembangkan menjadi pencapaian perencanaan semester, rencana kegiatan mingguan (RKM), dan rencana kegiatan harian (RKH). Dengan demikian model pembelajaran merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan peserta didik sesuai dengan rencana kegiatan harian.
Ada beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di pendidikan anak usia dini, diantaranya adalah model pembelajaran klasikal; model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman; model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan; model pembelajaran area; dan model pembelajaran berdasarkan sentra. Model-model pembelajaran  tersebut pada umumnya menggunakan langkah-langkah yang rekatif sama dalam sehari, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir atau penutup.
Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan untuk memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga peserta didik siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti, merupakan proses untuk mencapai kemampuan dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif. Kegiatan inti dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elabirasi dan konfirmasi. Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tindak lanjut.
1. Model pembelajaran klasikal
Model pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas (secara klasikal). Model pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan didunia pendidikan pra sekolah, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak. Seiring dengan berkembangnya teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan.

2. Model pembelajaran kelompok
Model berdasarkan pembelajaran kelompok masih banyak digunakan RA di Indonesia, namun perkembangan model pembelajaran selalu berkembang, dan kini sudah banyak RA yang menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif.
Dalam model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman, adalah pola pembelajaran dimana anak-anak di bagi menjadi beberapa kelompok, biasanya anak di bagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan, anak harus menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian. Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain sejauh di kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila tidak tersedia tempat, maka anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu di dalam kelas yang telah disediakan guru yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih bervariasi dan sering di ganti disesuaikan dengan tema ata sub tema yang dibahas.

3. Model pembelajaran sudut
Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model pembelajaran area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan berdasarkan minat anak. Alat-alat yang disediakan pada sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti, disesuaikan dengan tema atau sub tema yang di bahas.

4. Model pembelajaran area
Model pembelajaran berdasarkan area lebih memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya di rancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya dan menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusat-pusat kegaiatan serta peran serta keluarga dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran area menggunakan sepuluh area, yaitu:
1) Area ibadah atau imtaq. Maket masjid, gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudhu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqra, kartu huruf hijaiyah, tasbih, juz ‘amma, Al-Qur’an, dan sebagainya yang meliputi alat-alat permainan lima aspek rukun islam dari syahadat sampai dengan haji.
2) Area balok. Balok-balok berbagai ukuran dan warna, logo, lotto berpasangan, kepingan geometri dan triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan riruan (laut, darat, san udara), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan sebagainya.
3) Area berhitung atau matematika. Lambang bilangan,kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek, ukuran tebal tipis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya.
4) Area IPA. Macam-macam gambar binatang, gambar-gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu atau kerikil, pasir, bunga karang, magnit, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan sebenarnya, gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna, meteran, penggaris, benda-benda kasar halus(batu bata, batu, amplas, besi, kayu, kapas, dan lain-lain), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe dan lain-lain), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten dan lain-lain).
5) Area musik. Seruling, kastanyet, maracas, organ kecil, tamburin, kerincingan, triangle, gitar kecil, wood block, kulintang, biola, piano, harmonika, gendang, rebana dan sebagainya.
6) Area bahasa. Buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama-nama hari, kartu nama-nama bulan, majalah peserta didik, koran, macam-macam gambar sesuai tema dan sebagainya.
7) Area membaca dan menulis. Buku-buku perpustakaan, buku tulis, pensil warna, pensil 2B, kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya.
8) Area drama. Tempat tidur peserta didik dan boneka, lemari kecil, meja kursi kecil, meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, tempat gosokan, setrikaan, baju-baju besar, ahnduk, bekas make-up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan, dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan atau cobek, mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu atau sandal, rak sepau, bermain, mixer, blender, sikat gigi, odol, telepon mainan, baju tentaradan polisi, baju dokter-dokteran, dan sebagainya.
9) Area pasir atau air. Bak pasir atau air, akuarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk, botol-botol plastik, tabung air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir, cetakan agar berbagai bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya.
10) Area seni atau motorik. Meja gambar, meja kursi peserta didik, krayon, pensil warna, pensil 2B, kapur tulis, arang, buku gambar, kertas lipat, kertas koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kertas bekas, bahan sisa dan lain-lain.

5. Model pembelajaran berdasarkan sentra
Model pembelajaran sentra adalah pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam lingkarang (circle times) dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat di mana guru duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan sebelum dan sesudah bermain.
Sentra bermain adalah zona atau area dengan seperangkat sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Sentra yang di buka setiap harinya disesuaikan dengan jumlah kelompok di setiap RA.
Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus oleh satu kelompok usia RA dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain, yaitu (1) bermain sensori motor atau fungsional, adalah menangkap rangsangan melalui penginderaan dan menghasilkan gerakan sebagai reaksinya. Anak RA belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka, misalnya: menekan air, meremas kertas bekas, menggunting dan lain-lain; (2) bermain peran yang terdiri dari bermain makro dan peran mikro (simbolik), pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang tekah dimilikinya; dan (3) bermain konstruktif atau mengembangakn pemikiran anak. Bermain ini menunjukkan kemampuan anak untuk mewujudkan pikiran, ide dan gagasan menjadi sebuah karya nyata. Ada dua jenis bermain konstruksi, yaitu bermain konstruktif sifat cair (pasir, air, spidol dan sebagainya), dan bermain konstruktif terstruktur seperti balok, lego, dan lain-lain. Sedangkan sentra bermain terdiri atas:

1) Sentra bahan alam dan sains.
Bahan-bahan yang siperlukan pada sentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batyu, biji-bijian, dan sebagainya. Alat yang digunakan diantaranya sekop, saringan, corong, ember, dan lain-lain. Sentra ini memfasilitasi anak untuk mengembangkan dan memperluas pengalaman bermain sensorimotor dengan memberikan banyak kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi bahan-bahan alami dalam mengembangkan kematangan motorik halus yang diperlukan dalam proses kesiapan menulis, keterampilan berolah tangan, dan menstimulasi sistem kerja otak anak.

2) Sentra balok.
Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Di sini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun atau menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika atau berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.

3) Sentra seni.
Bahan yang diperlukan di sentra ini adalah kerta, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah lipat, pasir, lilin, kain, daun, potongan bahan atau gambar. Sentra seni memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan, dan pengalaman yang di miliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya) melalui metode proyek.

4) Sentra bermain peran.
Sentra bermain peran terdiri dari; sentra bermain peran makro dapat menggunakna anak sebagai model. Sentra bermain peran makro misalnya menggunakan boneka, maket meja kursi, rumah-rumahan dan lain-lain. Sentra bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam peran. Pemilihan berbagai benda untuk bermain peran tergantung dari minat anak pada saat itu. Misal tema keluarga dengan alat yang dibutuhkan perlatan dapur dan sebagainya.

5) Sentra persiapan.
Bahan yang ada pada sengtra ini adalah buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka dan bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap persiapan menulis serta berhitung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis permulaan serta menghitung permulaan. Mendorong kemampuan intelektual anak, gerakan otot halus, koordinasi mata-tangan, belajar keterampilan sosial seperti berbagi, bernegosiasi, dan memecahkan masalah.

6) Sentra agama.
Bahan yang disiapkan adalah berbagai maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku-buku cerita keagamaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu diterkjemahkan menjadi aktivitas yang konkrit untuk anak.

7) Sentra musik.
Bahan yang digunakan pada sentra musik adalah botol bening atau kaca, tempurung kelapa, rebana, tutup botol, triangle, dan lain-lain. Sentra musik memfasilitasi anak untuk memperluas pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui olah tubuh, bermain musik dan lagu yang dapat memperluas pengalaman dan pengetahuan anak tentang irama, birama atau ketukan, dan mengenal berbagai bunyi dengan menggunakan alat musik yang mendukung misalnya pianika, piano, rebana, dan lain-lain.

Dalam mengoptimalkan perkembangan anak di sentra yang perlu diperhatikan adalah densitas dan intensitas. Densitas berkaitan dengan keragaman kegiatan yang disediakan sedangkan intensitas berkaitan dengan waktu yang diperlukan.untuk membangun konsep dan memberikan gagasan pada sentra peserta didik dalam model pembelajaran sentra, guru memberikan empat pijakan. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan perkembangan anak untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
Ada empat jenis pijakan yaitu sebagai berikut:
1. Pijakan lingkungan bermain dilakukan dengan menata alat dan bahan bermain yang digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah di susun untuk memberikan gagasan kepada anak agar dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal.
2. Pijakan sebelum bermain merupakan kegiatan awal dimana guru memberikan gagasan sebelum anak melakukan bermain di sentra.
3. Pijakan selama bermain adalah dukungan yang diberikan guru secara individual kepada anak sesuai kebutuhan dan tahap perkembangan, untuk meningkatkan pada tahap perkembangan selanjutnya.
4. Pijakan pengalaman setelah bermain merupakan kegiatan dimana guru memperkuat konsep yang telah diperoleh anak selama bermain.
















2 komentar: